selamat datang

Minggu, 15 Agustus 2010

PROSES SOSIALISASI DINI

Usia tujuh tahun merupakan usia yg paling sensitive orang tua harus benar benar hati hati didalam memberikan pendidikan atau pengawasan karena diusia itu juga antar bermain dan belajar harus imbang disitulah KETAULADAN dibutuhkan serta kelembutan perintah mulai diterapkan. Sampai usia sepuluh tahun. Di usia sepuluh tahun pendidikan anak harus lebih memperhatikan pada hal hal yg bersifat REPRESIF, anak diupayakan dapat tunduk dg norma norma dan nilai yg dimiliki oleh orang tuanya kalau di usia itu lepas dari norma dan nilai yg dimiliki orang tuanya biasanya anak akan mencari norma dan nilainya sendiri . Lantas dimana usia balita (seusia anak-anak TK). Disinilah rahasia hadist Rosulullah SAW yang sangat masyhur seluruh jagad muslim:“Seorang anak lahir dalam keadaan fitrah (kesucian), maka atas kinerja kedua orang tuanya yang menjadikan anak itu nasroni, yahudi atau majusi.”
Masa kanak-kanak adalah masa tanpa akal sempurna. Sistem pembelajaran dan pendidikan mereka didominasi oleh apa yang dilihat dan di dengarnya. Lingkungan keluarga sebagai habitat yang pertama dan utama dalam kehidupan anak-anak ( proses sosialisasi utama ) , sekaligus akan menentukan kebiasaan anak-anak itu sendiri. Isi dan makna-makna yang dikembangkan di rumah akan bersenyawa dan terpola dalam diri anak. Umumnya. Sekali penulis pernah mengucapkan kata-katak “goblok” dihadapan salah seorang murid di lingkungan anak saya. Tak urung, anak saya beberapa kali melakukan “permainan peran” dengan mainannya, dan berlagak marah seraya mengucapkan kata-kata goblok. Nada dan gayanya persis orang marah. Menyaksikan ini, penulis cuma mesem-mesem setelah mengkofirmasi hal ini pada anak sambil berkata: “Kapok, kamu! Makanya lihat-lihat dulu kalau hendak mengeluarkan kata-kata keras.”
Walhasil, sikap kesatria anak akan dimulai pertumbuhannya ketika berada di rumah. Yang dimaksud kesatria (rijal) dalam agama kita, adalah pribadi yang mampu memantapkan nilai-nilai penghambaan dalam kehidupan sehari-hari, memahami ralitas kebenaran dalam sikapnya dan bertanggung jawab atas tindakan yang telah diambilnya. Tak perduli, apakah ia berjenis kelamin laki-laki atau perempuan. Tetapi sayang, jaman seperti ini, sangat sukar mendapatkan laki-laki yang ksatria yg mampu menjadikan dirinya seorang yg memiliki keimanan dan ketaqwaan sejati, dan juga sulit mendapatkan seorang anak wanita yg QONAAH yg mampu menjadi tonggak kehidupan keluarga. SEMOGA DIMASA MASA MENDATANG LAHIR FATIMAH AZ ZAHROH amien

Tidak ada komentar:

Posting Komentar